THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 09 November 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN Ny “ M “ DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : ‘ GASTRITIS ‘DI DESA WATU KECAMATAN CENRANA KABUPATEN BONE


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan kebutuhan dan modal dasar manusia untuk hidup produktif dan berdaya guna. Kesadaran akan hal ini menjadi landasan di akhirinya kesehatan sebagai hak setiap orang yang mengacu pada visi pembangunan kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010 yang merupakan gambaran masyarakat Indonesia yang ingin dicapai di masa depan yaitu masyarakat, bangsa dan negara yang di tandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi­-tingginya (Mubarak, 2005 : 27)                                  
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yaitu Pasal 1, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam pembangunan kesehatan yang sesuai dengan visi Indonesia sehat 2010, partisipasi masyarakat seluruhnya menempati posisi yang lebih penting, sehingga tanpa kesadaran individu dan masyarakat, maka kebijakan apapun yang diterapkan oleh pemerintah dalam menjaga dan menciptakan kesehatan masyarakat, hanya sebagian kecil yang tercapai. (Mubarak, 2005 : 27)
Asuhan keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan yang dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. (Setyowati dan Murwani, 2008 : 3)
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang menjadi prioritas utama adalah keluarga yang rentang dengan masalah kesehatan, diantaranya adalah keluarga yang mengalami penyakit gastritis. Asuhan keperawatan yang mengalami penyakit gastritis dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi individu dan keluarga dalam menjalankan perannya dalam keluarga.
Budiana ( 2006 ), mengatakan bahwa gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. (http://www.suarapembaruan.com.2007)
Di Indonesia, menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia ( PGI ) dan Kelompok Studi Helicobakteri Pylori Indonesia (KSHPI) pada tahun 2001, dari 7.092 pasien yang di rawat, 20% yang menderita penyakit gastritis. (http://majalah.tempointeraktif.com)
Angka kejadian infeksi gastritis pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi. Menurut Maulidiyah dan Unun ( 2006 ) di kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46% sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Faktor etiologi gastritis adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat – obatan (18%) dan terapi radiasi (2%) (http://www.suarapembaruan.com.2007).
Dari hasil data di UPTD Desa Watu, didapatkan bahwa jumlah penderita Gastritis pada tahun 2007 sebanyak 786 orang, pada tahun 2009 menurun menjadi 768 orang, dan pada tahun 2010 menurun menjadi 386 orang yang datang untuk diperiksa ( bagian pencatatan dan pelaporan UPTD Desa Watu tahun 2005 - 2010).
Berdasarkan uraian tersebut dan hasil penentuan kasus pada ujian akhir program, maka penulis merasa perlu untuk menulis judul Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien Ny. M dengan Gangguan Sistem Pencernaan ‘ Gatritis ‘ di Desa Watu Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone “.
B.     R            umusan Masalah
         1.      Apakah dengan pelaksanaan pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga, Tn M dapat memperoleh pengalaman yang nyata mengenai penyakit Gastritis?
         2.      Apakah dengan penentuan diagnosa Keperawatan Keluarga, Tn M dapat memperoleh pengalaman yang nyata mengenai penyakit Gastritis?
         3.      Apakah dalam perencanaan Asuhan Keperawatan Keluerga, Tn M dapat memperoleh pengalaman yang nyata mengenai penyakit Gastritis?
         4.      Apakah dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga, Tn M dapat memperoleh pengalaman yang nyata mengenai penyakit Gastritis?
         5.      Apakah dalam mengevaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga, Tn M dapat memperoleh pengalaman yang nyata mengenai penyakit Gastritis?
         6.      Apakah dalam pendokumentasian Asuhan keperawatan Keluarga, Tn M dapat memperoleh pengalaman yang nyata mengenai penyakit Gastritis?
C.     Tujuan
         1.      Tujuan Umum
a.  Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Keperawatan pada Akademi Keperawatan Lapatau Bone
b.  Memberikan gambaran Asuhan Keperawatan secara menyeluruh yang dimulai dari fase pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

2.    Tujuan Khusus
       a.  Memperoleh pengalaman yang nyata dalam proses pengkajian, analisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan yang terjadi pada Ny. M dengan gangguan sistem gastrointestinal “ gastritis “.
       b.  Memperoleh pengalaman nyata dalam proses penyusunan rencana keperawatan pada Ny. M dengan gangguan sistem gastrointestinal “ gastritis “.
       c.  Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan gangguan sistem gastrointestinal “ gastritis “.
       d.  Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan gangguan sistem gastrointestinal “ gastritis “.
       e.  Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan gangguan sistem gastrointestinal “ gastritis “.
       f.  Memperoleh pengalaman nyata dalam menganalisa kesenjangan antara teori yang didapat dengan kasus yang ditemukan dalam praktek.



D.    Manfaat Penulisan
1.            Bagi Keluarga / Masyarakat
              Agar keluarga lebih mengetahui dan memahami lebih jauh tentang penyakit Gastritis dan juga menegetahui langkah-langkah perawatan, pengobatan dan pencegahan untuk menangani masalah tersebut.
2.            Bagi Puskesmas.
Sebagai bahan masukan dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan masalah penyakit Gastritis.
3.            Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu keperawatan serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
4.            Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalama nyata dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga khususnya mengenai penyakit Gastritis.
E.           Metodologi Penulisan
    Untuk memperoleh bahan-bahan penyusunan Karya Tulis ini penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
1.        Studi kepustakaan (Library Research) yang dikumpulkan dari bahan-bahan bacaan dan materi yang bersumber dari literature yang berhubungan dengan masalah yang penulis hadapi.
2.        Studi kasus (Case study) yaitu melaksanakan asuhan keperawatan  pada keluarga meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan tehnik sebagai berikut:
a.        Wawancara
Melakukan tanya jawab secara langsung dari beberapa pihak yang dapat memberikan data yang dibutuhkan.
b.        Observasi
Mengamati dan mengikuti secara langsung keadaan lingkungan dan pola hidup keluarga.
c.        Studi dokumentasi
Mengambil beberapa pencatatan dan arsip-arsip melalui puskesmas ataupun petugas puskesmas (petugas kesehatan).
d.       Pengkajian Fisik
Melakukan pengkajian Fisik kepada seluruh anggota Keluarga.
e.     Diskusi
Diskusi dengan keluarga, Pembimbing, perawat, dokter dan petugas kesehatan lainnya yang terkait dengan kasus klien.
3.    Tempat dan waktu pelaksanaan
a. Waktu                :     Tanggal 29-3 Juli 2010
b.            Tempat         :     Desa Watu Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

F.           Sistematika Penulisan
Pada penulisan ini diuraikan penulisan laporan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan yang terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V adalah sebagai berikut :
BAB I     PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah
B.         Rumusan Masalah
C.         Tujuan
1.      Tujuan Umum
2.      Tujuan Khusus
D.        Manfaat Penulisan
E.         Metodologi Penulisan
F.          Sistematika Penulisan
BAB II    TINJAUAN TEORI
A.        Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1.      Konsep Keluarga
a.       Pengertian
b.      Struktur Keluarga
c.       Tipe Keluarga
d.      Peran Keluarga
e.       Fungsi Keluarga
f.       Tugas Keluarga di bidang Kesehatan
g.      Tahap – Tahap Kehidupan Keluarga
h.      Tugas-Tugas Keluarga
2.      Konsep Proses Asuhan Keperawatan Keluarga
a.       Defenisi
b.      Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
c.       Peranan Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga
d.      Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga
e.       Tahapan dari Proses Keperawatan Keluarga
1)            Pengkajian
2)            Perumusan diagnosa keperawatan
3)            Perencanaan keperawatan keluarga
4)            Pelaksanaan asuhan keperawatan
5)            Evaluasi
B.         Konsep Dasar Medik Gastritis
1.      Pengertian
2.      Anatomi Fisiologi
3.      Klasifikasi Gastritis
4.      Etiologi
5.      Patofisiologi
6.      Manifestasi Klinik
7.      Pemeriksaan Diagnostik
8.      Komplikasi
9.      Pengobatan
C.           Kesehatan Lingkungan
1.      Pengertian
2.      Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
3.      Manusia dan Lingkungan
4.      Pencemaran Lingkungan
5.      Agens Penyakit, Manusia, dan Lingkungan
6.      Interaksi Agens Penyakit, Manusia, dan Lingkungan
7.      Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia
BAB III TINJAUAN KASUS
A.          Pengkajian
B.           Klasifikasi Data
C.           Analisa Data
D.          Diagnosa Keperawatan
E.           Prioritas Masalah
F.            Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
G.          Implementasi dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A.        Pengkajian
         1.   Gangguan Kesehatan Penyakit Gastritis
         2.   Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
B.           Perencanaan
         1.   Gangguan Kesehatan Penyakit Gastritis
         2.   Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
C.           Implementasi
         1.   Gangguan Kesehatan Penyakit Gastritis
         2.   Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
D.           Evaluasi
         1. Gangguan Kesehatan Penyakit Gastritis
         2.   Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
BAB V   PENUTUP
A.Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN












BAB II
TINJAUAN TEORI


A.          Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1.            Konsep Keluarga
a.       Pengertian
Dibawah ini  pengertian keluarga dari beberapa ahli  :
1)            menurut Friedman, 1998
         Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu–individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.
2)            menurut Burgess dkk, 1963
         Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran social keluarga.

3)            Menurut Murray & Zentner, 1997
         Keluarga adalah suatu system social yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi.
4)            Menurut Hanson, 1996
Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung satu sama lainnya untuk emosi, fisik dan dukungan ekonomi.
5)            menurut Baylon dan Maglaya, 1978
keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu rumah yang saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
6)            Menurut Dep Kes. RI, 1988
         Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

7)            Menurut Stuart, 1991, meliputi 5 sifat yaitu:
a)            keluarga merupakan unit suatu system
b)            setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan atau dapat dan tidak selalu tinggal dalam satu atap.
c)            Keluarga dapat mempunyai anak ataupun tidak mempunyai anak.
d)           Terdapat komitmen dan saling melengkapi antar anggota keluarga.
e)            Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, kebutuhan hidup dan sosialisasi antar anggota keluarga. ( Achjar, 2010, hal. 2 )
Dari pengertian diatas tentang keluarga, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1)      terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
2)      anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3)      anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran social : suami, istri, anak, kakak, adik.
4)      mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan anggota social.
Keluarga merupakan  suatu system komunitas sebagai system social yang bersifat unik dan dinamis yang mempunyai anggota yaitu ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut yang saling berinteraksi, interelasi, dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, perawat komunitas perlu memberikan intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga dalam mencapai derajat kesehatan yang diinginkan dengan mengambil langkah peningkatan pemberdayaan peran keluarga. ( Achjar, 2010, hal. 2 )
b.      Struktur Keluarga
      Struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, diantaranya:
1)   Partrilineal
      Merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2)      Matrilineal
      Merupakan keluarga sedarah yang terdiri saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3)      Martilokal
                              Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4)      Patriokal
                              Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5)      Keluarga kawin
                              Merupakan hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami istri. (Setiadi, 2008, hal.6)
                        Adapun ciri – ciri struktur keluarga Anderson Carter yaitu :
1)      Terorganisasi
Yaitu saling berhubungan dan saling ketergantungan antara anggota keluarga
2)      Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki keterbatasan tetapi mereka juga mempunyai keleluasaan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
3)      ada perbedaan dan kekuasaan
setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing - masing ( Mubarak, 2010 hal 69 )

c.       Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga berdasarkan berbagai sumber dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti :
1)      Menurut Maclin, 1988 pembagian tipe keluarga :
a)            Keluarga tradisional
(1)         keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak – anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
(2)         Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau ditinggalkan.
(3)         Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
(4)         Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
(5)         Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
(6)         Jaringan keluarga besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

b)            Keluarga non tradisional
(1)         keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah ( biasanya terdiri dari ibu dan anak saja ).
(2)         Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
(3)         Keluarga komuni adalah rumah tangga terdiri dari lebih satu pasangan monogami dengan anak – anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama.
2)      Menurut Allender & Spradley, 2001 membagi tipe keluarga berdasarkan :
a)      Keluarga tradisional
(1)         keluarga inti ( nuclear family ) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak angkat.
(2)         Keluarga besar ( extended family ) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
(3)         Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
(4)         Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
(5)         Single Adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.
(6)         Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
b)            Keluarga non tradisional
(1)         Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
(2)         Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
(3)         Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3)   Menurut Carter & Mc Goldrick, 1988 dalam Setiawati & Dermawan 2005, membagi tipe keluarga :
a)      keluarga berantai yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
b)      keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama – sama.
c)      keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan ( Achjar, 2010, hal 3 )
d.   Peran keluarga
         Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu atau peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1)      Peranan ayah
Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2)      Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.



3)      Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual ( Setiadi, 2008, hal. 14 )
e.   Fungsi keluarga
Ada beberapa fungsi yang dijalankan di keluarga sebagai berikut:
1)      Fungsi biologis
a)      Untuk meneruskan keturunan
b)      Memelihara dan membesarkan anak
c)      Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d)     Memelihara dan merawat anggota keluarga
2)      Fungsi psikologis
a)      Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b)      Memberikan perhatian diantara anggota keluarganya
c)      Membina pendewasaan kepribadian diantara anggota keluarga
d)     Memberi identitas keluarga
3)      Fungsi Sosialisasi
a)      Memberi sosialisasi pada anak
b)      Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing.
c)      Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4)      Fungsi ekonomi
a)      Mencari surnber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b)      Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c)      menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.
5)      Fungsi pendidikan
a)      Menyekolahkan anak-anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b)      Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c)      Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. ( Setiadi, 2008, hal. 11 )
Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut :
1)   Fungsi Afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2)   Fungsi sosialiasi dan tempat bersosialisasi (socialization and socizl placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
3)   Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4)   Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kelaurga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5)   Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan ( Setiadi, 2008, hal 7 )
f.    Tugas keluarga di bidang  kesehatan
Sesuai fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
1)      Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2)      Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3)      Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4)      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5)      Memanfaakan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga ( Setiadi, 2008, hal. 13 )
g.   Tahap-tahap kehidupan keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
1)      Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam bentuk rumah tangga.
2)      Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama adalah untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi ke!uarga yang merupakan saat - saat yang sangat dinantikan.
3)      Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada bayi, karena pada tahap ini  kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.


4)      Tahap menghadapi anak pra - sekolah
Anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai rnenanamkan norma-norma agama, norma-norma sosial, budaya dan sebagainya.
5)      Tahap menghadapi anak sekolah
Bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
6)      Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu, tauladan dari orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
7)      Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
8)      Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
9)      Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia fanah ini (Syaiful, 2007, hal. 22)
Dalam siklus kehidupan terdapat tahap-tahap yang dapat di prediksi. Formulasi tahap-tahap perkembangan kehidupan keluarga yang paling banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus kehidupan keluarga yaitu:
1)   Tahap I         :  Keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan).
2)   Tahap II       :  Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 bulan).
3)   Tahap III      :  Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun).
4)   Tahap IV      : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13 tahun).
5)   Tahap V       :  Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun ).
6)   Tahap VI      : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
7)   Tahap VII    :  Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun).
8)   Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal dunia ) ( Achjar, 2008, hal. 7 )
h.   Tugas-tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:
1)      Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2)      Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3)      Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing
4)      Sosialisasi antar anggota keluarga
5)       Pengaturan jumlah anggota keluarga
6)      Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7)      Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8)      Memberikan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Mubarak, 2010 hal 93)
2.            Konsep proses asuhan keperawatan keluarga
         a.   Defenisi
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang terbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Setiadi, 2008 hal. 26)
      Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan yang dilakukan oleh seorang perawat professional dengan proses yang berpedoman pada standar praktek keperawatan yang berpedoman pada keperawatan dengan berlandaskan etik dan etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan. (Setiadi, 2008 hal. 27)
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan mengunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga (Mubarak, 2006 : hal 286)
b.   Tujuan Asuhan Keperawatan
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga :
1)       Mengenal masalah kesehatan keluarga
2)       Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
3)       Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan / atau keluarga yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4)       Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5)       Memanfaatkan sumber daya yang ada dimasyarakat misalnya puskesmas, posyandu, atau sarana kesehatan lain untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga (Syaiful, 2007, hal. 24)


c.  Peranan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga (Setiadi, 2008 hal. 28)
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
1)      Pengenal kesehatan (health monitor)
2)            Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan asuhan keperawatan kapada anggota keluarga yang sakit.
3)            Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga.
4)      Fasilitator
5)      Pendidik kesehatan
6)      Pendidik kesehatan
7)      Penyuluh dan konsultan
d.   Prinsip-prinsip perawatan keluarga, (Setiadi, 2008 hal. 36)
1)            Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2)            Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama.
3)            Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
4)            Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
5)            Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6)            Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
7)            Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
8)            Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah.
9)      Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
         Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah :
1)            Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut :
a)            Tingkat sosial ekonomi rendah
b)            Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
c)            Keluarga dengan penyakit keturunan
2)            Keluarga dengan ibu resiko tinggi kebidanan, yaitu :
a)            Waktu hamil umur ibu kurang dari 16 tahun atau lebih 35 tahun.
b)            Waktu hamil menderita kekurangan gizi atau anemia
c)            Primipara atau multipara
d)           Riwayat persalinan dengan komplikasi
3)      Keluarga dengan anak :
a)            Lahir premature
b)            Berat badan sukar naik
c)            Lahir dengan cacat bawaan
d)           Asi ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
e)            Ibu menderita penyakit menular
4)            Keluarga mempunyai masalah dalam hubungannya antara anggota keluarga.
a)            Anak yang tidak dikehendaki dan mencoba untuk digugurkan
b)            Sering timbul cekcok
c)            Ada anggota keluarga yang sering sakit

e.   Tahapan dari proses keperawatan keluarga
               Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
1)            Pengkajian ( Mubarak, 2010 hal. 95 )
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga binaannya. Tahap ini mencakup pengumpulan data, analisis/interprestasi data tentang bio, psiko, sosio, kultural, dan spritual klien. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah :
a)        Struktur dan karakteristik keluarga
b)       Sosial, ekonomi, budaya
c)        Faktor lingkungan
d)       Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
e)        Psikososial keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut : (Mubarak, 2010 hal.95)
a)            Data umum
(1)               Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
(2)               Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
(3)               Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
(a)     Latar  belakang etnik keluarga atau anggota keluarga
(b)     Tempat tinggal keluarga bagaimana.
(c)     Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan. Apakah kegiatan-kegiatan ini ada dalam kelompok kultur atau budaya keluarga.
(d)    Kebiasaan-kebiasaan dit dan berbusana, baik tradisional ataupun modern.
(e)     Bahasa yang digunakan di dalam keluarga (rumah).
(f)     Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan prakatisi.
(4)               Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti :
(a)     apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan beragamanya;
(b)     bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau organisasi keagamaan;
(c)     agama yang dianut oleh keluarga;
(d)    kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
(5)               Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimilki oleh keluarga seperti :

(a)     jumlah pendapatan perbulan;
(b)     sumber-sumber pendapatan per bulan;
(c)     jumlah pengeluaran perbulan;
(d)    apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga;
(e)     bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya.
(6)               Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
b)            Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah mangkaji riwyat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga.
(1)               Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
(2)               Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
(3)               Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti meliputi : riwayat  penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian dan keluarga yang hilang.
(4)               Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
c)            Pengkajian lingkungan
(1)               Karakteristik rumah
(a)     Gambaran tipe tempat tinggal (rumah apartemen, sewa kamar, kontrak atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah untuk tempat tinggal.
(b)     Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior. Interior rumah meliputi : jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur); penggunaan-penggunaan kamar tersebut; dan bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot, penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah, susunan dan kondisi bangunan tempat tinggal. Termasuk perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya, apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka.
(c)     Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah ada fasilitas pengaman bahaya kebakaran.
(d)    Kamar mandi, sanitasi, air, fsilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.
(e)     kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah memadai bagi anggota keluarga dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.
(f)     kebersihan dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga-serangga kecil (khususnya di dalam), dan masalah-masalah sanitasi yang disebabkan akibat binatang-binatang peliharaan seperti ayam, kambing, kerbau, dan hewan peliharaan lainnya.
(g)     pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga terhadap pengaturan privasi rumah mereka memadai atau tidak. Termasuk bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan.
(h)     perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah meraka.
(2)               Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal.
(a)     tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa.
(b)     tipe tempat tinggal
(c)     keadaan tempat tinggal dan jalan raya
(d)    sanitasi jalan dan rumah. Bagaimana kebersihannya, cara penanganan sampah dan lainnya.
(e)     karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
(f)     lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada dalam lingkungan dan komunitas
(g)     kemudahan pendidikan di lingkungan dan komunitas, apakah mudah diakses, dan bagaimana kondisinya.
(h)     transportasi umum, bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut dapat diakses.
(i)      kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas, apakah ada masalah yang serius seperti tidak aman dan ancaman serius.
(3)               Mobilitas geografis keluarga
(4)               Perkumpulan keluarga dan interkasi dengan masyarakat
(5)               Sistem pendukung keluarga meliputi :
(a)     jumlah anggoat keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.
(b)     sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat.
(c)     jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimilki keluarga.
d)           Struktur keluarga
(1)               Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
(2)               Struktur kekuatan keluarga
(a)     keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat dan memutuskan dalam penggunanaan keuangan, serta pengambilan keputusan dalam pekerjaan atau tempat tinggal.
(b)     model kekuatan dan kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan.
(3)               Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga, baik secara formal maupun informal.
(4)               Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan tentang nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai norma yang dianut, seberapa penting nilai yang dianut, bagaimana latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai-nilai keluarga, serta bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.
e)            Fungsi keluarga
(1)               Fungsi efektif
(a)     pola kebutuhan keluarga
(b)     mengkaji gambarabn diri anggota keluarga
(c)     keterpisahan dan keterikatan
(2)               Fungsi sosialisasi
(a)     tanyakan apakah ada otonomi setiap anggota dalam keluarga
(b)     apakah saling ketergantungan
(c)     siapa yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak
(d)    adakah faktor sosial budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan anak.
(e)     apakah keluarga mempunyai masalah dalam mengasuh anak
(f)     apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain sesuai dengan tahap perkembangannya.
(3)               Fungsi perawatan kesehatan
Keyakinan, nilai, dan perilaku keluarga, meliputi :
(a)     Nilai yang dianut terkait kesehatan;
(b)     Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai tersebut;
(c)     Bagaimana Perilaku semua Anggota keluarga dalam mendukung peningkatan kesehatan.
(d)    Konsep dan pengetahuan keluarga tentang konsep sehat sakit
(e)     Praktik diet keluarga
(f)     Latihan dan rekreasi
(g)     Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga
(h)     Peran keluar dalam praktik perawatan diri
(i)      Cara-cara pencegahan penyakit
(j)      Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan kesehatan.
(k)     Riwayat kesehatan keluarga
(l)      Sumber keuangan
(m)    Pelayanan kesehatan Darurat
(n)     Fasilitas transfortasi keluarga untuk perawatan kesehatan.
(4)               Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, serta metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
(5)               Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
f)             Stress dan koping keluarga
(1)               Stresor Jangka Pendek Dan Stresor Jangka Panjang
(a)     Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
(b)     Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
(2)               Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor, mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
(3)               Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi masalah.
(4)               Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila mengahdapi permasalahan.
g)            Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik
h)            Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatana yang ada.
2)      Perumusan diagnosa keperawatan ( Mubarak, 2010 hal. 102 )
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis, mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi - fungsi keluarga dan koping kelaurga, baik bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan yang dikenal dengan (PES) meliputi :
a)        Problem atau masalah (P)
Adalah suatu penyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
b)       Etiologi atau penyebab (E)
Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, dan memanfaatakan fasilitas pelayanan kesehatan.
c)        Sign atau tanda (S)
Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a)        Diagnosis aktual
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan. Sedangkan faktor tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 kategori yaitu :
(1)         Patofisiologi (biologi atau psikologi)
(2)         Tindakan yang berhubungan
(3)         Situasional (lingkungan, personal)
(4)         Maturasional
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :
(1)         Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi)
(2)         Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
(3)         Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik dan psikologis.
(4) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor resiko untuk diagnosis resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana rerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini membedakan klien atau kelompok resiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.
b)       Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik.
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan :
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh bailon dan Maglaya (1978).
Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
a)        Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
b)       Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

X bobot
 
                        Skor yang diperoleh
                           Skor tertinggi 
c)        Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5)
Tabel 2.1. skoring diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978)

NO

KRITERIA

SKOR

BOBOT

1.




2.




3.




4.
Sifat masalah.
Skala   :   Aktual
                Resiko
Potensial

Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala     :  Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah
Skala     :  Tinggi
Cukup
Rendah

Menonjolnya masalah.
Skala     :  Masalah berat harus ditangani.
Masalah yang tidak perlu segera ditangani.
Masalah tidak dirasakan

3
2
1



2
1
0

3
2
1


2

1

0
1




2




1




1


Sumber : Mubarak, 2010, hal 105

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :
a)        Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
b)       Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
(1)         Pengaruhnya yang ada sekarang teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.
(2)         Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga.
(3)         Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu.
(4)         Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi, dan dukungan.
c)        Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
(1)         Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
(2)         Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
(3)         Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah.
(4)         Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah.
d)       Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut ( Mubarak, 2010, hal 105 )
Penyusunan prioritas diagnosis keperawatan :
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
3)   Perencanaan keperawatan keluarga
( Mubarak, 2010 hal 106 )
Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan perawatan kesehatan dan keperawatan keluarga. Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditemukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan keperawatan keluarga, antara lain :
a)            Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b)            Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c)            Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan.
d)           Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga.
e)            Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis.
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga:
a)            Menetukan sasaran atau goal
b)            Menentukan tujiuan atau objektif
c)            Menetukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
d)           Menentukan kriteria dan standar kriteria.
4)      Pelaksanaan asuhan keperawatan ( Mubarak, 2010 hal 108 )
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan dan membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan perbaikan ke arah prilaku hidup sehat.
Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
a)        Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
(1)         Memberikan informasi yang tepat.
(2)         Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
(3)         Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
b)       Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
(1)         Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
(2)         Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga.
(3)         Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c)        Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
(1)         Mendemonstrasikan cara perawatan
(2)         Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
(3)         Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d)       Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :
(1)         Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
(2)         Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
e)        Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya dengan cara :
(1)         Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan keluarga.
(2)         Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5)      Evaluasi ( Mubarak, 2010 hal. 109 )
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut :
a)            Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b)            Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
c)            Tentukan kriteria dan standar evaluasi.
d)           Tentukan metode dan teknik evaluasi .
e)            Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk evaluasi.
f)             Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal.
g)            Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Macam-macam Evaluasi
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu :
a)            Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan.
b)            Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.
(1)               Struktur atau sumber
       Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.
(2)               Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi.
(3)               Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
Luasnya Evaluasi
Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi, yaitu :
a)             Efeseinsi atau tepat guna
b)             Kecocokan (appropriateness)
c)             Kecukupan (adequacy)
Kegiatan dan evaluasi
Hasil dari perawatan klien dapat diukur  melalui tiga bidang.
a)            Keadaan fisik
b)            Psikologis sikap
c)            Pengetahuan tentang  perilaku.
B.       Konsep Dasar Medik Gastritis
1.        Pengertian
            Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal ( Price & Wilson, 2005, hal 422 )
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan swasirna merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal ( Price & Wilson, 2005, hal 422)
Gastritis berasal dari bahasa yunani yaitu gastro yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Jadi gastritis adalah peradangan atau inflamasi pada lambung (http://health.detik.com. Diakses pada tanggal 23 September 2010)
Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (http://medicastore.com diakses pada tanggal 23 September 2010)
2.      Anatomi Fisiologi
a.   Anatomi
   Saluran pencernaan dimulai dari mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus ( duodenum, yeyenum dan ileum ), usus besar ( seikum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid ), rectum, dan anus ( Setiadi, 2007 hal. 63 )
Gambar 2.1     Letak organ-organ system pencernaan


     


                             

                                         

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi. Sedangkan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esophagus ). Faring terdiri dari bagian superior ( nasofaring ) yang bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga dan bagian media ( orofaring ) berbatas ke depan sampai di akar lidah bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.
Gaster / ventrikulus merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster yang terdiri bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum. Intestinum minor terdiri dari duodenum / usus 12 jari berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri yang terdapat pancreas, yeyenum dan ileum yang melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium.
Intestinum mayor / usus besar terdiri dari seikum yang dibawahnya terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing, kolon asendens terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati, kolon transversum membujur dari kolon asendens sampai kolon desendens berada di bawah abdomen sebelah kanan  terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis, kolon desendens terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid, kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.
Anus adalah bagian yang menghubungkan rectum dengan dunia luar.
b.      Fisiologi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk J, dan apabila penuh berbentuk seperti buah pir raksasa yang kapasitasnya adalah 1 sampai 2 L. Secara anatomis lambung terdiri dari :
1)      Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2)      Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
3)      Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membetuk spingter pylorus.
4)      Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiak sampai kepilorus.
5)      Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurpatura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai sampai kepilorus inferior. Ligamentum gastro linealis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
6)      Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana esophagus bagian abdomen masuk lambung. Pada bagian  ini terdapat orifisium pilorik ( Setiadi, 2007 hal.69 )
anatomi_lambungGambar 2.2     Struktur lambung



                                                                                                 




Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Lapisan – lapisan lambung terdiri atas :
1)      Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini dikosongkan , lapisan ini akan berlipat-lipat yang disebut rugae.
2)      Lapisan otot melingkar ( muskukus aurikularis )
3)      Lapisan otot miring (muskulus obliqus)
4)      Lapisan otot panjang ( musculus longitudinal)
5)      Lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum)
      (Syaifuddin, 2006, hal 167)
Adapun fungsi dari lambung yaitu :
1)      Manampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung.
2)      Getah cerna lambung yang dihasilkan :
(a)          Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
(b)         Asam garam (HCL) fungsinya, mengasamkan makanan, sebagai anti septic dan desinfectan, dan membuat susanan asam pada pesinogen sehingga menjadi pepsin.
(c)          Rennin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen  (kasinogen dan protein susu).
(d)         Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merngsang sekresi getah lambung. 
         (Syaifuddin, 2006, hal 168)
3.    Klasifikasi Gastritis (Price & Wilson, 2005 hal.423)
a.    Gastritis Akut
                                 Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosit atau gastritis hemoragik. Disebut Gastritis hemoragik karena pada penyakit ini dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada mukosa lambung tersebut.
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering diakibatkan diet yang sembrono. Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyakit lain dari Gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluk, empedu, atau terapi radiasi.
Bentuk terberat dari penyakit Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi piloris. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim.
b.      Gastritis kronis
Disebut Gastritis kronis apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria  dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan neutrofil pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas.
Gastritis kronis ditandai oleh Atropi Progresif Epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang nyata. Gastritis kronis digolongkan menjadi dua kategori yaitu Gastritis Tipe A (Atropik atau Fundal) dan Gastritis Tipe B (Antral).
Gastritis kronis adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter Pylory (H. Fylory).
4.      Etiologi (Jusup, 2010, hal. 7)
Adapun penyebab dari gastritis yaitu:
a.       agen kimia mencakup bumbu dan rempah – rempah
b.      alcohol
c.       obat – obatan
d.      asam empedu
e.       enzim pancreas
f.       etanol
g.      mikro organisme infektif
h.      radiasi
i.        kemoterapi
j.        stress
                  Gambar 2.3  Obat-obatan                            Gambar 2.4  Alkohol






Sumber: http://aroundthenutrition.blogspot.com
5.      Patofisiologi (Price & Wilson, 2005, hal 422)
               Obat – obatan, alcohol, garam empedu, atau enzim – enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung ( gastritis erosif ), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan – gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
               Masuknya zat – zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosif pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
6.      Manifestasi Klinik (http://dinkes-sulsel.go.id diakses pada tanggal 23 September 2010)
a.   anoreksia
b.      mual
c.       nyeri epigastrium
d.      muntah
e.       perdarahan
7.            Pemeriksaan Diagnostik (http://www.tempointeraktif.com diakses pada tanggal 23 September 2010)
a.   Endoskopi: gastro duodenoskopy akan tampak eritematous atau eksudatif, mukosa sembab, merah, mudah berdarah
b.      Pemeriksaan histologis: dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung untuk mengetahui adanya kuman helikobakter pylori
c.       Pemeriksaan radiology
8.    Komplikasi (http://www.gresnews.com diakses pada tanggal 23 September 2010)
a.       Hemoragi
b.      Tukak lambung
c.       Obstruksi
d.      Ca. Lambung
9.      Pengobatan (Price & Wilson, 2005, hal 423)
               Gastritis akut biasanya mereda bila agen penyebabnya dihilangkan. Obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah. Bila penderita tetap muntah, mungkin perlu koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus intravena. Penggunaan obat penghambat H2 misalnya ranitidin ( untuk mengurangi sekresi asam ), antacid ( untuk menetralkan asam yang tersekresi ) dan sukralfat ( untuk melapisi daerah inflamasi atau ulserasi ) dapat mempercepat penyembuhan.
C.    Kesehatan Lingkungan ( Chandra, 2006, hal 2-19 )
       1.    Pengertian
                   Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya.
                   Ilmu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
2.    Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
            Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum antara lain:
a.    Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
b.    Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
c.    Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu diantara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang diantaranya berupa:
              a.  penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
              b.  makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
              c.  pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dsan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
              d.  limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
              e.  kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
              f.  perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
              g.  kebisingan, radiasi dan kesehatan kerja.
              h.  survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.
       3.    Manusia dan Lingkungannya
                   Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya disebut ekologi. Ekologi yang mempelajari seluk beluk satu jenis (spesies) makhluk hidup dengan lingkungan disebut autekologi, sedangkan ekologi yang mempelajari seluk beluk beberapa jenis makhluk hidup sekaligus dalam suatu habitat atau komunitas disebut sinekologi. Contoh, ekologi perkotaan, hutan, perairan, dan sebagainya. Sementara itu, ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya disebut ekologi manusia.
                   Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik dalam suatu komunitas yang didasarkan pada pola makan, keanekaragaman biota, dan daur ulang demi kelangsungan hidup disebut ekosistem. Lingkungan hidup pada manusia maupun makhluk hidup lainnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
              a.  Lingkungan hidup internal
                   merupakan proses fisiologis dan biokimia yang berlangsung dalam tubuh manusia pada saat tertentu yang juga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan keadaan yang terjadi di luar tubuh untuk kelangsungan hidupnya atau disebut juga bersifat homeostatis. Contoh, perubahan temperatur dari panas ke dingin.
              b.  Lingkungan hidup eksternal
                   merupakan segala sesuatu yang berupa benda hidup atau mati, ruang energi, keadaan sosial, ekonomi, maupun budaya yang dapat membawa pengaruh terhadap perikehidupan manusia di permukaan bumi ini.
       4.    Pencemaran Lingkungan
              Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tantanan lingkungan akibat kegiatan manusia atau akibat proses alam sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Contoh, pembuangan limbah industri ke sungai dan laut akan menyebabkan perubahan ekosistem pada perairan.
       5.    Agens Penyakit, Manusia dan Lingkungan
                   Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas:
              a.  Agens Penyakit
                          Riwayat alamiah perjalanan penyakit atau sering disebut sebagai natural history of disease merupakan riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang terdiri atas:
                   1)    Fase Prepatogenesis
                          Pada fase ini mulai terjadi gangguan keseimbangan antar agens penyakit, manusi dan lingkungan. Disini, kondisi lingkungan lebih menguntungkan agens penyakit dan merugikan manusia. Contoh, pencemaran udara akibat pembakaran hutan oleh peladang di musim kemarau akan menimbulkan asap tebal atau smog yang menguntungkan agens penyakit dan merugikan manusia.


                   2)    Fase Patogenesis
                          Bila keadaan lingkungan yang menguntungkan agens penyakit berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama, akan timbul gejala dan tanda – tanda klinis. Manusia menjadi sakit yang selanjutnya dapat menjadi sembuh atau penyakit berjalan terus menyebabkan ketidakmampuan, cacat kronis, atau kematian.
                          Ada beberapa faktor epidemiologi yang dapat memengaruhi terjadinya suatu penyakit antara lain:
                   1)    Cuaca
                          Iklim dan musim merupakan faktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agens penyakit tertentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu juga karena mereka membutuhkan reservoirdan vektor untuk kelangsungan hidupnya. Iklim dan variasi musim dapat memengaruhi kehidupan agens penyakit, reservoir, dan vektor. Selain itu, perilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi.
                   2)    Vektor
                          Organisme hidup yang dapat menularkan agens penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia disebut sebagai vektor. Arthropoda merupakan vektor penting di dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Nyamuk mengisap darah dari reservoir yang terinfeksi. Agens penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada manusia.
                   3)    Reservoir
                          Hewan – hewan yang menyimpan kuman patogen sementara hewan itu sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir.
                   4)    Geografis
                          Bertahan hidupnya agens penyakit bergantung pada iklim ( suhu, kelembaban, dan curah hujan ) dan fauna lokal. Variasi musim juga memengaruhi penyebaran penyakit melalui arthropoda. Contoh, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes selama musim penghujan karena musim tersebut merupakan saat terbaik bagi nyamuk untuk berkembang biak. Dengan demikian, wabah penyakit dengue ini terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan ( September sampai Maret ).
                   5)    Perilaku manusia
                          Interaksi antar manusia, kebiasaan manusia untuk membuang sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan arthropoda.
                          Agens penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis. Kadang – kadang penyebab untuk penyakit tertentu tidak diketahui, misalnya penyebab untuk penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner, dan lain – lain. Agens penyakit dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok antara lain:
                   1)    agens biologis
                          Contoh:          virus, bakteri, fungi, ricketsiae, protozoa, dan metazoa.    
     2)    agens nutrien
            Contoh:          protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
     3)    agens fisik
            Contoh:          panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya, dan kebisingan.
     4)    agens kimia
            Agens kimia dapat bersifat endogenous, seperti asidosis, diabetes ( hiperglikemia ), dan uremia atau bersifat exogenous, seperti zat kimia, alergen, gas, debu, dan lain-lain.

     5)    agens mekanis
            Gesekan, benturan atau pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh pejamu ( host ).
              b.  Manusia ( host )
                          Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit. Faktor tersebut bergantung pada karakteristik yang dimiliki masing – masing individu, antara lain:
                   1)    Usia
                          Usia menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita, seperti penyakit smallpox pada usia kanak-kanak, penyakit kanker pada usia pertengahan, dan penyakit arterosklerosis pada usia lanjut.
                   2)    Jenis Kelamin (seks)
                          Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan frekuensi penyakit pada perempuan. Sementara itu, penyakit tertentu, seperti risiko kehamilan dan persalinan hanya dijumpai pada perempuan, sedangkan penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
                   3)    Ras
                          Hubungan antara ras dan penyakit bergantung pada perkembangan adat istiadat dan kebudayaan di samping terdapat penyakit yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti anemia sickle cell pada ras Negro.
                   4)    Genetik
                          Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter, seperti mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia, dan lain-lain.
                   5)    Pekerjaan
                          Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, absestosis, dan lain-lain.
                   6)    Nutrisi
                          Gizi buruk mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi, seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan lain-lain.
                   7)    Status Kekebalan
                          Reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
                   8)    Adat
                          Ada beberapa adat istiadat yang dapat menimbulkan penyakit.

                   9)    Gaya Hidup
                          Kebiasaan minum alkohol, narkoba, dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan.
                   10)  Psikis
                          Faktor kejiwaan seperti stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi insomnia, dan lainnya.
c.  Lingkungan
            Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut dengan homeostatis, sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri atas tiga komponen, antara lain:
     1)    Lingkungan Fisik
            Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat. Contoh, kekurangan persediaan air bersih terutama dalam musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare di mana-mana.
     2)    lingkungan Biologis
            Bersifat biologis atau benda hidup misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agens penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediat. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat terjadi ketidakseimbangan di antara hubungan tersebut, manusia akan menjadi sakit.
3)    Lingkungan Sosial
       Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar,  gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain.
6.    Interaksi Agens Penyakit, Manusia, dan Lingkungan
            Dalam usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang efektif terhadap penyakit, perlu dipelajari mekanisme imteraksi yang terjadi antara agens penyakit (agent), manusia (host), dan lingkungannya (environment). Interaksi tersebut antara lain:
       a.  Interaksi Agens penyakit dan Lingkungan
            Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu serta terjadi pada saat prepatogenesis dari suaru penyakit. Contoh: viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin, dan penguapan bahan kimia beracun akibat proses pemanasan bumi global.
Gambar 2.5.   ketidakseimbangan agens penyakit dengan lingkungan


 

H


 

A                 E

Sumber:  Chandra, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan hal. 11

b.  Interaksi Manusia dan Lingkungan
Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Contoh: udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.

Gambar 2.6  ketidakseimbangan pejamu dengan lingkungan



 

A


 

E                   H

Sumber:  Chandra, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan hal. 11

              c.  Interaksi Manusia dan Agens Penyakit
                   merupakan suatu keadaan saat agens penyakit menetap, berkembang biak dan merangsang manusia untuk membentuk respon berupa tanda-tanda dan gejala penyakit. Contoh: demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh, pembentukan kekebalan tubuh, dan lain-lain. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat ketidakmampuan atau kematian.
                   Gambar 2.7  ketidakseimbangan pejamu dengan agens penyakit
                                                            H


        E
                                A
Sumber:  Chandra, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan hal. 11

d.  Interaksi Agens Penyakit, Manusia, dan Lingkungan
Merupakan suatu keadaan saat agens penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling memengaruhi dan memperberat satu sama lain sehingga agens penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung mudah masuk kedalam tubuh manusia. Contoh: pencemaran air sumur oleh kotoran manusia dapat menimbulkan waterborne disease.
Gambar 2.8  ketidakseimbangan agens penyakit, manusia dan lingkungan


 

A
E
H
Sumber:  Chandra, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan hal. 11

7.    Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia
       Sebagai salah satu negara yang berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan antara lain:
       a.  Urbanisasi Penduduk
            Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya permukiman kumuh dimana-mana.
b.  Tempat Pembuangan Sampah
     di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit menular.
c.  Penyediaan Sarana Air Bersih
     berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastrointeritis mulai muncul dimana-mana.
d.  Pencemaran Udara
     tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertaniandan perkebunan.
e.  Pembuangan Limbah industri dan Rumah Tangga
     hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai sehingga kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
f.  Bencana Alam / Pengungsian
     Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus atau banjir yang sering terjadi di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak permasalahan kesehatan lingkungan.
g.  Perencanaan Tata Kota dan Kebijakan Pemerintah
     Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh: pemberian izin tempat permukiman, gedung, atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain.


















BAB III
TINJAUAN KASUS

Di bawah ini penulis melaporkan kasus asuhan keperawatan pada Ny. M dengan gangguan sistem pencernaan : Gastritis di Desa Watu Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone. Pada kasus ini diterapkan teori proses keperawatan dimana pada pengumpulan data yang diperlukan untuk menentukan masalah keperawatan berdasarkan hal – hal tersebut di atas, penulis melakukan pengkajian secara sistematis sesuai dengan data yang diperlukan.
A.      Pengkajian
1.   Data Umum
a.             Nama KK                    :  Tn. M
b.            Jenis kelamin               :   Laki-laki
c.             Umur                           :   50 tahun
d.            Agama                         :   Islam
e.             Pendidikan                  :   SD
f.             Pekerjaan                     :   Petani
g.            Alamat                        :  Dusun Watu Desa Watu Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone
h.            Komposisi Keluarga (tinggal serumah)






Tabel 3.1 Komposisi keluarga Tn ”M”
NO
Nama
/
Hubungan dengan KK
Umur
Pendidikan
Imunisasi
Ket
BCG
POLIO
DPT
Hepatitis
Campak
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3


1.
Ny. M
Isteri
44 thn
SD












Sakit
2.
Tn. S
Anak
24 thn
SMA












Sehat
3.
An. N
Anak
15 thn
SMP
Sehat
4.
An. I
Anak
12 thn
SD
Sehat
5.
An. F
Anak
10 thn
SD
Sehat
Sumber : Data Primer (Agustus 2010)
Genogram
Gambar 3.1
   ?                 ?                        ?                 ?                                  ?                ?     GI

                                                                           

677
 
 

69          70            68       63            60            59                                          GII


49         47        44        40      37       36                    54        50      47       43      41




                   27            25           24        15        12          10                        GIV


              Sumber : Data Primer ( Juni 2010)
Keterangan :
:  Laki-laki
:  Perempuan
:  Klien
:  Meninggal
:  Garis keturunan
:  Tinggal serumah dengan klien
   ?         :   Umur Tidak diketahui
1)            Generasi I        :     Meninggal karena faktor usia yang penyakitnya tidak diketahui.
2)      Generasi II      :     Ayah dan Ibu klien masih hidup dan sehat
3)      Generasi III     :     Klien sekarang menderita penyakit gastritis. Klien tinggal bersama suami dan ke empat anaknya.
4)      Generasi IV     :    Semua anak klien sehat
i.              Type keluarga
Keluarga Nuclear family (keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan enam orang anak.
j.              Suku bangsa
Seluruh anggota keluarga mempunyai suku bugis. Lingkungan tempat tinggal keluarga bersifat homogen ( sama ).
k.            Agama
Seluruh anggota keluarga beragama Islam, menurut agama yang dianut, keluarga berkeyakinan bahwa kesehatan merupakan anugrah Tuhan yang harus dijaga dan disyukuri.


l.              Sosial ekonomi keluarga
Pekerjaan kepala keluarga adalah petani, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga, status sosial ekonomi keluarga termasuk kelas ekonomi menengah kebawah. Penghasilan keluarga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
m.          Aktivitas Rekreasi keluarga
Keluarga Tn ”M” tidak pernah pergi rekreasi ke tempat-tempat tertentu, rekreasi keluarga hanya dengan nonton TV.
2.   Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a.             Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap anak usia dewasa.
b.            Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn”M” sampai saat ini telah memenuhi tugas perkembangan yaitu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat anaknya sudah dewasa. Namun masih ada tugas yang belum terpenuhi yaitu mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang karena anak masih merasa belum siap untuk itu.
c.             Riwayat Keluarga ini
(1)         Tn. M tidak pernah  menderita penyakit menahun
(2)         Ny ”R” pernah dirawat di RS Umum Bone karena penyakit Gastritis.

d)      Riwayat Keluarga Sebelumnya
         Keluarga Ny M tidak memiliki riwayat penyakit keturunan / menular.
3.   Pengkajian lingkungan
a.      Karakteristik rumah
1)            Jenis Rumah                               :     rumah panggung
2)            Jenis bangunan                           :     kayu / papan
3)            Luas rumah                                :     5 m x 10 m = 50 m2
4)            Status kepemilikan                     :     milik sendiri
5)            Ventilasi                                     :     5 buah
6)            Jendela                                       :     5 buah
7)            Cahaya matahari masuk lewat   :     jendela
8)            Atap rumah                                :     seng
9)            Lantai                                         :     papan
10)        Penerangan                                 :     listrik
11)        Kebersihan rumah
a)            Halaman samping rumah keluarga Tn”M” kotor
b)            Ruang tamu, bersih dan rapi
c)            Ruang tidur                       :           tidak ada
d)           Kamar mandi / wc             :           1 buah terlihat kurang bersih
12)        Pemakaian air
a)            Sumber air minum dari sumur pompa/bor
b)            Keadaan air minum, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
13)        Pembuangan limbah keluarga
Tempat pembuangan dibak penampungan air limbah yang dibuat dibelakang rumah Tn.”M”.
14)        Pembuangan sampah terakhir keluarga
Kelurga membuang sampah ke tanah kosong yang ada di samping dan belakang rumah lalu dibakar.
15)        Denah Rumah
10 m
 
Gambar 3.2 denah rumah

















B
 


 

2
 
5 m
 
S
 
U
 
                  6                                         
5
 

 
4
 
T
 
                                                             1
                                                                       
   Sumber: Data Primer ( Juni 2010 )
Keterangan :
1.         : Teras
2.         : Ruang tamu
3.         : Ruang Keluarga
4.         : Dapur
5.         : Ruang Makan
6.         : Kamar Mandi


b.            Karakteristik tetangga dan komunitas
1)      hubungan dengan keluarga cukup akrab, saling tolong menolong
                        2)      masyarakat sekitar menganut kekerabatan yang kental
c.             Mobilitas Geografis keluarga
Keluarga Tn M sudah menempati rumah sejak menikah dengan Ny M sampai sekarang.
d.            Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Kepala keluarga (Tn”M”), selalu meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan keluarganya dan berinteraksi baik dengan masyarakat.
e.             Sistem pendukung
Keluarga Tn ”M” terdiri dari 8 orang yaitu suami, isteri dan 6 orang anak namun 2 anaknya tidak tinggal bersama. Keluarga saling membantu baik dalam hal ekonomi dan lainnya, isteri bekerja sebagai IRT. Fasilitas penunjang kesehatan adalah Puskesmas pembantu.
4.   Struktur keluarga
a.      Pola komunikasi keluarga
Komunikasi dalam keluarga baik, terbuka dan jelas, dalam kehidupan sehari-hari keluarga Tn. “M”  menggunakan bahasa makassar.

b.            Struktur kekuatan keluarga
Dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan dalam keluarga akan dibicarakan berasama (musyawarah)
c.             Struktur peran
1)            Tn. “M” berperan sebagai kepala keluarga, pelindung dan pencari nafkah di keluarganya
2)            Ny. R berperan sebagai ibu RT sekaligus pencari Nafkah bagi keluarga.
3)            Keempat anaknya An.R, An.R, An. N, dan An.M berperan sebagai siswa (keempat masih sokolah)
d.            Struktur Nilai dan norma keluarga
Norma agama sangat dijunjung tinggi dan menurut agama yang dianut oleh keluarga berkeyakinan bahwa kesehatan adalah anugrah tuhan yang harus di jaga dan disyukuri.
5.   Fungsi keluarga
a.               Fungsi Afektif
Kehidupan dalam keluarga cukup harmonis, rukun, saling menghargai dan memperhatikan satu sama lain.
b.            Fungsi sosialisasi
Interaksi keluarga dengan masyarakat sekitar cukup harmonis, saling membantu dan menghargai antara satu sama lain, dan kepala keluarga selalu menanamkan kepada anggota keluarga akan sikap menghormati orang yang lebih tua.
c.             Fungsi perawatan kesehatan keluarga
1)            Mengenal masalah kesehatan
                                 a)      Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit Gastritis
b)      Ny “M” mengatakan bahwa dirinya sudah lama mengalami sakit pada ulu hatinya.
c)      Tn “M” mengatakan belum tahu penyakit isterinya karena selama ini penyakit isterinya tidak menular keanggota keluarganya.
d)           Ny “M” mengatakan sudah mendapatkan pengobatan di RS. Umum Tenriawaru.
e)            Ny ”M’ mengatakan penyakitnya penyakit Gastritis dan keluarga tidak mengetahi penyebab, gejala, dan penularannya.
f)             Keluarga mengatakan tidak tahu tentang lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
g)            Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya tidak mengganggu kesehatan keluarga
h)            Tn ”M” mengatakan kalau isterinya hanya sakit perut biasa.
i)              Keluarga mengatakan ventilasi yang kurang tidak apa-apa yang penting udara bisa masuk.

2)      Mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan
a)            Ny “R” sudah pernah berobat dan mendapatkan pengobatan ± 1 minggu di RSU Tenriawaru Bone
b)            Ny “R” Mengatakan mau berobat kembali ke Puskesmas atas inisiatif sendiri.
3)      Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit.
a)      Ny ”M” mengatakan nafsu makannya berkurang.
b)      Alat-alat makan dan minum Ny ”M” tidak dipisahkan dari anggota keluarga yang lain
c)            Kuku jari nampak panjang dan kotor
4)            Kemampuan keluarga memodifikasi/memelihara lingkungan rumah yang sehat
a)      Tn ”M” tidur dengan isterinya
b)      Ny ”M” mengatakan biasa membuang sampah disembarang tempat.
c)      Ny ”M” tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang khusus
5)            Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Ny ”M” sudah memeriksakan penyakitnya ke puskesmas.
d.      Fungsi reproduksi
Tn “M” (umur 50 tahun) dan Ny “M” (umur 44 tahun) merupakan usia produktif yang memiliki 6 orang anak.
e.               Fungsi ekonomi.
Keluarga sudah memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
6.   Stress dan koping keluarga
a.      Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang
1)            Stressor jangka pendek adalah penyakit yang diderita Ny ”M” yang tidak pernah sembuh.
2)            Stressor jangka panjang dalam hal keuangan karena sumber pendapatan keluarga sebagai petani.
b.      Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga berusaha menghadapi kesulitan dan masalah dengan sabar dan berusaha sesuai kemampuan yang ada.
c.               Strategi koping yang digunakan
Bersikap sabar dan tawakkal sambil tetap berusaha untuk berobat secara rutin dan teratur.
d.      Strategi adaptasi
Memecahkan masalah dengan mendiskusikan bersama anggota keluarga.
7.   Pemeriksaan Fisik
Tabel . 3.2  Pemeriksaan Fisik anggota keluarga Tn “M”
No.
Pemeriksaan
Tn. M
Ny. M
Tn. S
An. N
An. I
An. F
Ket.
1.






2.



3.





4.


5.




6.


 Kepala
a.   Bentuk
b.  Rambut
c.   Mata
d.  Hidung
e.   Telinga
f.   Gigi & mulut
 Leher
a.   Tonsil
b.  Kelenjar

  Dada
a.   Jantung
b.  Dada
c.   Bentuk dada

d.  Pergerakan
  Perut
a.   Nyeri Ulu Hati
b.  Nyeri tekan
Ektremitas
a.   Gerakan


b.  Kelainan
Lain-lain
a.   Tekanan darah
b.  Pernafasan
c.   Suhu
d.  Nadi

Bulat
Hitam
TAK
TAK
TAK
TAK

TAK
Tidak ada pembesaran

TAK
TAK
Simetris
 Ka = Ki
Normal

Tidak ada
Tidak ada

Gerakan sendi normal Tidak ada

110/70 mmHg
20 x/m
360C
84 x/m

Bulat
Hitam
TAK
TAK
TAK
TAK

TAK
Tidak ada pembesaran

TAK
TAK
Simetris
 Ka = Ki
Normal

Ya
Ya

Gerakan sendi normal Tidak ada

130/90 mmHg
20 x/m
370C
78 x/m

Bulat
Hitam
TAK
TAK
TAK
TAK

TAK
Tidak ada pembesaran

TAK
TAK
Simetris
 Ka = Ki
Normal

Tidak ada
Tidak ada

Gerakan sendi normal Tidak ada

120/70 mmHg
20 x/m
360C
68 x/m


Bulat
Hitam
TAK
TAK
TAK
TAK

TAK
Tidak ada pembesaran

TAK
TAK
Simetris
 Ka = Ki
Normal

Tidak ada
Tidak ada

Gerakan sendi normal Tidak ada

110/70 mmHg
20 x/m
360C
62 x/m


Bulat
Hitam
TAK
TAK
TAK
TAK

TAK
Tidak ada pembesaran

TAK
TAK
Simetris
 Ka = Ki
Normal

Tidak ada
Tidak ada

Gerakan sendi normal Tidak ada

110/60mmHg
24 x/m
360C
68 x/m

Bulat
Hitam
TAK
TAK
TAK
TAK

TAK
Tidak ada pembesaran

TAK
TAK
Simetris
 Ka = Ki
Normal

Tidak ada
Tidak ada

Gerakan sendi normal Tidak ada

100/80 mmHg
24 x/m
36,2 0C
68 x/m


  Sumber: Data Primer ( Juni 2010)


8.   Harapan keluarga
a.      Penyakit yang diderita Ny “R” lekas sembuh dan penyakitnya tidak kambuh lagi
b.      Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan agar melakukan kunjungan ke rumah masyarakat seperti yang dilaksanakan sekarang agar mudah berkonsultasi.
B.     Klasifikasi Data
1.      Data Subjektif :
a.      Ny. M  mengatakan bahwa dirinya sudah 2 bulan merasakan nyeri pada ulu hatinya, mual dan kembung
b.      Tn. M dan keluarga mengatakan jarang berkunjung dan mendapat informasi dari puskesmas.
2.   Data Objektif :
      a.      Tidak adanya tempat penampungan sampah
      b.      Ny. M tampak lemah, tidak ada semangat dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
C.     Analisa Data
         Tabel. 3.3  Analisa Data
No.
Data
Penyebab
Masalah
1.



























2.

























DS :
Keluarga mengatakan jarang berkunjung dan mendapat informasi dari puskesmas
Do:
Tidak adanya tempat penampungan sampah





















Ds:
Ny M mengeluh nyeri pada ulu hati, mual, dan kembung.
Do :
Ny M tampak lemah, tidak ada semangat dan tidak bias beraktivitas seperti biasa

ü  Ketidakmampuan keluarga mengenai masalah akibat lingkungan yang kurang sehat berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang arti kesehatan lingkungan.
ü  Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk menangani resiko terjadinya penyakit berhubungan dengan kurangnya kesadaran tentang akibat lingkungan yang kurang sehat.
ü  Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan keterbatasan sumber.
ü Ketidakmampuan keluarga mengenai penyakit gastritis berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tanda dan gejala / penyebabnya.
ü Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang akibat penyakit tersebut.
ü Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang fasilitas kesehatan dan manfaatnya.
Resti terjadinya penyakit pada keluarga Tn.M akibat lingkungan yang kurang sehat misalnya DBD
























Sumber : Data Primer ( Juni 2010)
D.     Diagnosa Keperawatan
         1.      Gastritis berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit gastritis dan ketidaktahuan keluarga mengenai penyebab dan tanda-tanda penyakit gastritis.
         2.      Resiko tinggi terjadinya penyakit pada keluarga Tn M akibat lingkungan yang kurang sehat berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai masalah lingkungan dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
E.     Prioritas masalah
1.            Gangguan kesehatan : Penyakit Gastritis
Tabel 3.4 skoring gangguan kesehatan anggota keluarga menderita Gastritis
No.
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1.




2.




3.




4.
Sifat masalah
-          Ancaman kesehatan



Kemungkinan masalah
untuk diubah.
Skala : sebagian


Potensi masalah untuk dicegah.
Skala : cukup


Menonjolkan masalah
Skala : masalah berat harus segera ditangani

3/3 x 1



1/2 x 2




2/3 x 1




2/2 x 1

1



1




2/3




1
Ø  Ancaman kesehatan bagi Ny M karena sudah tidak mampu beraktivitas seperti biasasejak sakit.
Ø  Hanya sebagian masalah yang dapat dicegah karena tidak mau berobat ke puskesmas
Ø  Apabila keluarga mampu memahami dan melakukan cara pengobatan / berobat secara tepat.
Ø  Masalah dirasakan tapi belum mampu melakukan tindakan pengobatan secara tepat
Total Skor
3 2/3

        Sumber : Data Primer ( Juni  2010 )




2.            Lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
Tabel 3.5  Skoring Resiko terjadinya penyakit pada keluarga Tn M akibat lingkungan yang kurang sehat
No.
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1.





2.






3.






4.
Sifat masalah
Skala : Ancaman kesehatan



Kemungkinan masalah untuk diubah
Skala : hanya sebagian




Potensi masalah untuk dicegah.
Skala : Tinggi




Penonjolan masalah
Skala : Masalah tidak dirasakan


2/3 x 1




½ x 1






3/3 x 1






0/2 x 1

2/3




1






1






0

Ø Ancaman kesehatan karena keluarga Tn M belum ada yang menderita penyakit infeksi.
Ø Tidak ada kesadaran dan cukup dana untuk membuat penampungan sampah sehingga sampah berserakan di samping dan belakang rumah.
Ø Apabila keluarga memahami dsan melakukan cara pencegahan sesuai syarat kesehatan, maka resiko penularan tidak terjadi.
Ø Keluarga belum / tidak merasakan suatu masalah bagi kesehatan ( tantang kesehatan lingkungan)
Total Skor
2 2/3

         Sumber : Data Primer (Juni 2010)
Berdasarkan hasil pembobotan masalah di atas, maka urutan prioritas masalah kesehatan disusun sebagai berikut :
Prioritas 1  :     Terjadinya penyakit Gastritis pada Ny M (Skor 3 2/3)
Prioritas 2  :     Skoring Resiko terjadinya penyakit pada keluarga Tn M akibat lingkungan yang kurang sehat ( skor 2 2/3 )







E.           Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

N a m a KK     : Tn. M                                                                                                      Tgl. Pengkajian : 29 Juni 2010
Umur               : 50 tahun
Alamat                        : Dusun Watu Desa Watu Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone
Tabel 3.6   Asuhan Keperawatan Keluarga
No. Dx.
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Umum
Khusus
Kriteria
Standar
1.









 


Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga mampu mengenal penyakit gastritis serta mampu merawat anggota keluarga yang sakit.


Keluarga mampu:
Ø Menjelaskan pengertian gastritis
Ø Menjelaskan penyebab dan tanda-tanda penyakit gastritis
Ø Menjelaskan penatalaksanaan dan pengobatan gastritis.
Ø Menggunakan fasilitas



kesehatan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
Kognitif


Kognitif




Afektif

Ø  Keluarga dapat mengerti tentang penyakit gastritis
Ø  Keluarga dapat menyebutkan penyebab, tanda-tanda, penatalaksanaan dan pengobatan gastritis
Ø  Keluarga dapat
mengantar anggota



keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan (puskesmas / RS terdekat)
1.   kaji pengetahuan klien / keluarga tentang penyakit gastritis
2.   berikan penyuluhan tentang:
a.       pengertian gastritis
b.      penyebab dan tanda-tanda gastritis
c.       penatalaksanaan
 



dan pengobatan gastritis
3. berikan dorongan pada keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan sebagai tempat perawatan dan pengobatanbagi anggota keluarga yang sakit.
2.
Setelah tindakan keperawatan dilakukan diharapkan tidak terjadi penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat.
Keluarga mampu :
Ø mengenal masalah kesehatan akibat lingkungan yang kurang sehat.
Ø Mengambil keputusan

 



untuk menangani resti terjadinya penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat.
Ø Memodifikasi lingkungan sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit.
Kognitif




Kognitif












Afektif




Psikomotor
Ø  keluarga mengetahui masalah kesehatan yang sering terjadi akibat lingkungan yang kurang bersih.
Ø  Keluarga mengetahui




penanganan penyakit menular dengan cara menjaga lingkungan agar tetap bersih seperti ada jamban, tempat penampungan sampah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Ø  Keluarga dapat menentukan sikap untuk membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
Ø  Keluarga dapat mempertahankan suasana rumah yang sehat
1. kaji pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang sehat
2. berikan penyuluhan pada keluarga tentang:
a.   pengertian




lingkungan sehat
b.   syarat-syarat lingkungan sehat
c.   kuman penyebab penyakit
d.   sumber air yang sehat
e.   jamban yang sehat
f.   pentingnya tempat penampungan sampah
3.Ajarkan untuk memelihara rumah yang memenuhi syarat kesehatan dengan cara:
a.   membersihkan lingkungan rumah
Kriteria
 
Standar
 
Intervensi
 
Kriteria Evaluasi
 
Khusus
 
Umum
 
 No.
 Dx.
 
     


      sekitar
b.   membersihkan rumah dan perabotannya
4.berikan dorongan agar tetap memelihara dan mempertahankan lingkungan rumah yang nyaman dan bersih

Sumber : Data Primer (Juni 2010)


F.    Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.7  Implementasi dan Evaluasi
No
No.
Dx.
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
Implementasi
Evaluasi
1

Belum ada






29/06/2010






Membina hubungan saling percaya dengan anggota keluarga Tn.”M”.
1.  Struktur
a.       Mahasiswa telah membuat laporan pendahuluan
b.      Mahasiswa telah mempersiapkan media dan alat yang diperlukan.
c.       Mahasiswa dapat bekerja sama dengan keluarga Tn.”M”.
2.  Proses
a.       Mahasiswa datang tepat waktu.
b.      Keluarga menerima kedatangan mahasiswa dengan baik.
c.       Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung.
d.      Mahasiswa mampu membina hubungan saling percaya dengan anggota keluarga.
e.       Mahasiswa melakukan kontrak waktu, tempat, topik untuk pertemuan berikutnya.
 



3.  Hasil
a.       Keluarga yang hadir mampu memperkenalkan diri
b.      Keluarga yang hadir mampu menyebutkan kembali nama mahasiswa.
c.       Keluarga yang hadir dapat menerima jabatan tangan mahasiswa.
d.      Keluarga yang hadir dapat menetapkan waktu yang tepat untuk kunjungan berikutnya.
2

Belum ada
30/06/2010
Melakukan pengkajian mengenai :
a.    Data umum keluarga
b.    Riwayat perkembangan keluarga.
c.    Keadaan lingkungan keluarga.
d.   Struktur keluarga
 



e.    Fungsi keluarga
f.     Stress dan koping keluarga
g.    Pemeriksaan Fisik
h.    Harapan keluarga.
i.      Masalah kesehatan
1.  Struktur
a.       Mahasiswa telah membuat laporan pendahuluan
b.      Mahasiswa telah mempersiapkan media dan alat yang diperlukan.
c.       Mahasiswa dapat bekerja sama dengan keluarga Tn.”M”.
2.  Proses
a.       Mahasiswa datang tepat waktu.



b.      Keluarga menerima kedatangan mahasiswa dengan baik.
c.       Keluarga dapat memberikan respons verbal dan non verbal dengan baik
d.      Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung.
e.       Mahasiswa mendapatkan data yang dibutuhkan untuk melengkapi format pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga.
f.       Mahasiswa melakukan kontrak waktu, tempat, topik untuk pertemuan berikutnya.
3.  Hasil
a.       Keluarga yang hadir mampu menyebutkan data umum anggota keluarga.
b.      Keluarga yang hadir mampu menyebutkan Riwayat perkembangan keluarga.
 



c.       Keluarga yang hadir mampu menyebutkan Keadaan lingkungan keluarga.
d.      Keluarga yang hadir mampu menyebutkan Struktur keluarga
e.       Keluarga yang hadir mampu menyebutkan Fungsi keluarga
f.       Keluarga yang hadir mampu menyebutkan Stress dan koping keluarga
g.      Keluarga yang hadir dapat dilakukan Pemeriksaan Fisik
h.      Keluarga yang hadir mampu menyebutkan Harapan keluarga.
i.        Keluarga yang hadir mampu menyebutkan masalah kesehatan keluarga.
j.        Keluarga yang hadir dapat menetapkan waktu yang tepat untuk kunjungan berikutnya.







Evaluasi
 
 


3
1.
Gangguan Kesehatan Gastritis berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit gastritis dan penyebab dan tanda – tanda penyakit gastritis
1/07/2010

1.Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit gastritis.
2.Memberikan penyuluhan tentang penyakit Gastritis:
a.    Pengertian
b.   Penyebab
c.    Tanda-tanda dan gejala
d.   Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit gastritis.
e.    Komplikasi dari Gastritis
3.Memberikan dorongan /  motivasi pada keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan
 



sebagai tempat perawatan dan pengobatan bagi anggota keluarga yang sakit.
1.      Struktur
a.       Mahasiswa telah membuat laporan pendahuluan
b.      Mahasiswa telah mempersiapkan media dan alat yang diperlukan.
c.       Mahasiswa dapat bekerja sama dengan keluarga Tn.”M”.
d.      Keluarga khususnya klien Ny.”M” mengerti maksud untuk kunjungan hari ini.
2.  Proses
a.       Mahasiswa datang  tepat waktu.
b.      Keluarga menerima kedatangan mahasiswa dengan baik.
c.       Keluarga dapat memberikan respons verbal dan non verbal dengan baik
d.      Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung.
e.       Mahasiswa melakukan kontrak waktu, tempat,



topik untuk pertemuan berikutnya.
3.  Hasil
a.       Keluarga dapat menyebutkan pengertian Gastritis.
b.      Keluarga dapat menyebutkan penyebab Gastritis
c.       Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Gastritis
d.      Keluarga dapat menyebutkan penatalaksanaan / pengobatan gastritis
e.       Keluarga dapat menyebutkan komplikasi gastritis
f.       Klien telah berobat dan mendapat obat dari puskesmas.
g.      Keluarga yang hadir dapat menetapkan waktu yang tepat untuk kunjungan berikutnya.



 


4



2.



Resiko tinggi terjadinya penyakit pada keluarga Tn M akibat lingkungan yang kurang sehat berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai masalah lingkungan



2/07/2010







1.Mengkaji pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang sehat
2.memberikan penyuluhan pada keluarga tentang:
a.pengertian lingkungan sehat
b.syarat-syarat lingkungan sehat
c.kuman penyebab penyakit
d.sumber air yang sehat
e.jamban yang sehat
f.pentingnya tempat penampungan sampah
3.Mengajarkan
 



untuk memelihara rumah yang memenuhi syarat kesehatan dengan:
a.membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya
b.membersihkan perabotan rumah
4.Memberikan dorongan agar tetap memelihara dan mempertahankan lingkungan rumah yang nyaman dan bersih.



1. Struktur
a.       Mahasiswa telah membuat laporan pendahuluan
b.      Mahasiswa telah mempersiapkan media dan alat yang diperlukan.
c.       Mahasiswa dapat bekerja sama dengan keluarga Tn.”M”.
d.      Keluarga khususnya klien Ny.”M” mengerti maksud untuk kunjungan hari ini.
2.  Proses
a.       Mahasiswa datang  tepat waktu.
b.      Keluarga menerima kedatangan mahasiswa dengan baik.
c.       Keluarga dapat memberikan respons verbal dan non verbal dengan baik
d.      Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung.
e.       Mahasiswa melakukan



f.       kontrak waktu, tempat, topik untuk pertemuan berikutnya.
3.  Hasil
a.       Keluarga menyebutkan belum memahami mengenai kesehatan lingkungan.
b.      Keluarga sudah menentukan sikap untuk memperhatikan keadaan lingkungan rumah.
c.       Keluarga menyebutkan karena aktivitas yang  padat sehingga tidak terlalu perhatikan mengenai kesehatan lingkungan. 
d.   Keluarga yang hadir dapat menetapkan waktu yang tepat untuk kunjungan berikutnya.
5
2




Resiko tinggi terjadinya penyakit pada keluarga Tn M akibat


lingkungan yang kurang sehat
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai masalah lingkungan
3/07/2010



Memberikan penyuluhan kembali mengenai kesehatan



lingkungan.
1. Struktur
a.       Mahasiswa telah membuat laporan pendahuluan
b.      Mahasiswa telah



 mempersiapkan media   dan alat yang diperlukan.
c.       Mahasiswa dapat bekerja
sama dengan keluarga Tn.”M”.
d.      Keluarga khususnya klien Ny.”M” mengerti maksud untuk kunjungan hari ini.
2. Proses
a.       Mahasiswa datang  tepat waktu.
b.      Keluarga menerima kedatangan mahasiswa dengan baik.
c.       Keluarga dapat memberikan respons verbal dan non verbal dengan baik
d.     Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung.
e.       Mahasiswa melakukan kontrak waktu, tempat, topik untuk pertemuan berikutnya.
3. Hasil
a.       Keluarga dapat
 



menyebutkan apa itu kesehatan lingkungan (rumah).
b.      Keluarga dapat menyebutkan ruang lingkup kesehatan lingkungan (rumah)
c.       Keluarga sudah menentukan sikap untuk memperhatikan keadaan lingkungan rumah.
d.      Keluarga menyebutkan sudah mulai membersihkan lingkungan sekitar rumah setiap hari. 
e.       Keluarga yang hadir dapat menetapkan waktu yang tepat untuk kunjungan berikutnya.
Sumber : Data Primer (Juni 2010 )







BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga Tn. M dengan anggota keluarga menderita Gastritis tanggal 29 Juni s.d 3 Juli , penulis akan menguraikan kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan kasus yang ada. Untuk memudahkan pembahasan, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu mulai dari proses pengkajian, intervensi keperawatan, implementasi sskeperawatan dan evaluasi.
A.          Pengkajian
         1.   Gangguan kesehatan Penyakit Gastritis
Sesuai hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. M, maka didapatkan anggota keluarga menderita penyakit Gastritis yaitu Ny. M.
Gejala klinik atau keluhan yang dikemukakan pada teori yaitu anoreksia, mual, nyeri epigastrium, muntah, perdarahan, dan erosi. Sedangkan keluhan yang ditemukan pada Ny. M yaitu nyeri pada ulu hati, mual, kembung, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 78x/menit, dan pernafasan 20 x/menit.
Sesuai dengan gejala klinik atau keluhan yang dikemukakan pada teori dan gejala klinik atau keluhan yang dikemukakan pada kasus terjadi kesenjangan yaitu pada kasus tidak ditemukan adanya anoreksia, perdarahan, muntah dan erosi. Hal ini disebabkan karena keluhan tersebut umumnya muncul apabila penyakit gastritis ini bertambah parah dan menjadi gastritis kronis.
            Sesuai fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai 5 tugas dibidang kesehatan yang terdiri dari :
a.             Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b.            Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
c.             Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d.            Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e.             Memanfaakan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga
Sedangkan fungsi pemeliharaan kesehatan  pada Keluarga Tn M ditemukan yaitu :
a.             Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit Gastritis
b.            Keluarga kurang mampu merawat anggota keluarga yang menderita penyakit Gastritis
c.             Keluarga kurang Mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan yang dikemukakan pada teori dan pada klien, tampak adanya kesenjangan yang terjadi 2 fungsi pemeliharaan kesehatan sudah dilaksanakan karena Ny. M sudah mau berobat atas inisiatif sendiri di Puskesmas.

2.   Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
Lingkungan yang sehat dikemukakan pada teori yaitu terlindung dari binatang-binatang yang menyebabkan kuman penyakit, ruangan yang bersih dan cukup, ventilasi rumah cukup, WC bersih, pengaturan alat rumah tangga teratur dan rapi, memiliki sumur dan jarak sumur dengan WC lebih dari 10 meter dan memiliki saluran pembuangan limbah yang tertutup. Sedangkan yang ditemukan pada keluarga yaitu ventilasi rumah kurang, pencahayaan rumah kurang, tidak ada tempat pembuangan sampah, dan halaman rumah yang kotor.
Berdasarkan data yang ditemukan pada keluarga Tn. M terjadi kesenjangan yaitu pada keluarga ini ditemukan ventilasi yang kurang, pencahayaan yang kurang, tidak ada tempat pembuangan sampah dan halaman yang kotor. Hal ini disebabkan karena keluarga belum menyadari tentang pentingnya kebersihan lingkungan yang dapat menunjang kesehatannya .
Sedangkan fungsi pemeliharaan kesehatan  pada Keluarga Tn M ditemukan yaitu :
a.             Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan lingkungan
b.            Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat.
c.             Ketidakmampuan keluarga untuk menciptakan kebersihan lingkungan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan yang dikemukakan pada teori dan pada keluarga, terjadi kesenjangan dimana dari 5 fungsi pemeliharaan kesehatan yang ada dalam teori hanya 3 yang ditemukan pada kasus, 2 yang tidak ditemukan adalah ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hal ini disebabkan karena pada masalah kesehatan lingkungan, kedua diagnosa ini memang tidak memungkinkan untuk ditegakkan karena lebih ditujukan pada gangguan kesehatan anggota keluarga.
B.     Perencanaan
         1.   Gangguan Kesehatan Penyakit Gastritis
Pada prinsipnya perencanaan yang penulis cantumkan pada kasus tetap mengacu kepada konsep dasar perencanaan asuhan keperawatan keluarga.
Dalam hal ini penulis mengangkat sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dihadapi keluarga sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan rencana yang diterapkan pada keluarga.
Adapun perencanaan yang penulis rumuskan sebagai berikut :
a.             Beri penyuluhan/penjelasan tentang penyakit Gastritis yaitu :
1)            Pengertian.
2)            Penyebab.
3)            Tanda dan gejala.
4)            pengobatan
b.            Beri penyuluhan kepada keluarga tentang akibat lanjut/komplikasi dari penyakit Gatritis bila tidak diobati.
c.             Beri motivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan yang ada.
d.            Beri HE tentang pemeliharaan lingkungan rumah yang dapat menunjang kesehatan yakni :
1)            Ventilasi rumah cukup.
2)            Cahaya cukup.
3)            Kebersihan rumah tetap terjaga.
4)            Membuang sampah pada tempatnya.
2.   Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
a.             Beri penjelasan kepada keluarga tentang lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan, antara lain :
1)      Ventilasi cukup.
2)      Cahaya cukup.
3)      Ada tempat sampah yang tertutup.
4)      WC yang memenuhi syarat.
5)      SPAL yang memenuhi syarat kesehatan.
6)      Beri penyuluhan kepada keluarga tentang manfaat pemeliharaan kesehatan lingkungan.
b.            Beri penjelasan tentang akibat bila lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan.
c.             Beri penjelasan kepada keluarga tentang cara memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
d.            Beri penjelasan tentang cara membuat tempat sampah yang memenuhi syarat.
C.     Implementasi
         1.   Gangguan Kesehatan Penyakit Gastritis
Pada implementasi yang dilaksanakan oleh penulis selalu mengacu pada semua perencanaan yang telah disusun dan dalam hal ini penulis telah memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, gejala, perawatan di rumah, pengobatan dan cara pencegahan guna membantu memecahkan masalah yang ada pada keluarga Tn. M
2.    Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
Pada implementasi yang dilaksanakan oleh penulis selalu mengacu pada semua perencanaan yang telah disusun dan dalam hal ini penulis telah memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang lingkungan rumah yang  memenuhi syarat kesehatan, manfaat pemeliharaan kesehatan lingkungan dan dampak lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Semua rencana dapat dilaksanakan oleh karena keluarga bersikap terbuka dan menerima terhadap tindakan dan penjelasan yang diberikan oleh penulis.



D.     Evaluasi
         1.    Gangguan Kesehatan Penyakit Gastritis
Setelah penulis mengadakan pembinaan pada keluarga Tn. M maka penulis mendapatkan hasil sebagai berikut :
a.             Keluarga sudah dapat mengenal masalah kesehatan mengenai penyakit Gastritits dibuktikan dengan keluarga mengatakan sudah mengerti tentang penyakit Gastritis.
b.            Keluarga sudah mengetahui cara perawatan anggota keluarga yang sakit dibuktikan dengan ungkapan keluarga mengatakan sudah tahu cara perawatan Gastritis yaitu menghindari makanan yang pedas, menghindari minum minuman beralkohol, makan makanan bergizi, dan berobat secara teratur.
c.             Keluarga mulai dapat menciptakan lingkungan yang menunjang proses penyembuhan. Hal ini ditandai dengan keluarga mengatakan sudah tahu tentang kesehatan lingkungan yang menunjang kesehatan.
2.   Lingkungan yang Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
a.             Keluarga sudah dapat mengenal masalah kesehatan lingkungan yang ada. hal ini ditandai dengan keluarga mengatakan sudah tahu tentang lingkungan rumah yang memenuhi syarat yaitu : ventilasi cukup dengan membuka jendela, cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah cukup, ada WC, SPAL dan tempat sampah.
b.            Keluarga belum dapat mengambil keputusan yang tepat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan, hal ini dibuktikan dengan tidak ada pernyataan keluarga, namun keluarga telah mengungkapkan manfaat dari lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
c.             Keluarga belum dapat menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan anggota keluarga. hal ini ditandai dengan keluarga belum dapat membuat tempat sampah.
Sebagian masalah tersebut diatas dapat diatasi setelah perawat memberikan pendidikan kesehatan serta motivasi kepada keluarga Tn. M sesuai dengan masalah keperawatan yang dihadapi. terjadinya perubahan ini didukung oleh adanya partisipasi keluarga untuk turut serta dalam penerapan asuhan keperawatan.
Sedangkan untuk beberapa masalah yang belum teratasi, hal ini disebabkan karena kurangnya sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga namun pada prinsipnya telah mengalami kemajuan yang sangat berarti karena keluarga sudah memahami tentang masalah yang ada dan akibatnya jika tidak diatasi.








BAB V
PENUTUP

Berdasarkan hasil Pelaksanaan penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M dengan Anggota Keluarga Menderita Gastritis di Desa Watu Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone, dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A.    Kesimpulan
1.      Dalam melaksanakan pengkajian terhadap keluarga Tn.”M” penulis memperoleh data bahwa anggota keluarga Tn. M mengalami penyakit Gastritis. Gejala penyakit Gastritis dalam konsep dasar tidak jauh beda dengan tinjauan kasus namun ada beberapa gejala yang tidak muncul seperti  tidak ditemukan adanya anoreksia, perdarahan, muntah dan erosi. Hal ini disebabkan karena keluhan tersebut umumnya muncul apabila penyakit gastritis ini bertambah parah dan menjadi gastritis kronis.
2.            Pada asuhan keperawatan keluarga Tn. M ditemukan 2 masalah kesehatan yaitu anggota keluarga menderita penyakit Gastritis dan kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat.
3.            Dalam perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam menentukan masalah dan kebutuhan keperawatan keluarga, menentukan prioritas masalah, memilih tindakan yang tepat dalam proses perawatan Gastritis. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu memberikan penyuluhan dan motivasi kepada keluarga.
4.            Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Tn.”M” dengan anggota keluarga menderita Gastritis didasarkan pada perencanaan yang telah disusun penulis bersama keluarga.
5.            Pada tahap evaluasi masalah yang ditemukan semuanya dapat teratasi. Hal ini disebabkan karena keluarga mengikuti saran dari perawat.
6.            Penerapan proses keperawatan pada keluarga terbukti sangat efektif terutama dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada dalam suatu keluarga.
B.     Saran
1.            Dari beberapa masalah kesehatan yang didapatkan pada keluarga Tn.M dengan anggota keluarga menderita Gastritis, masalah kesehatan lain seperti lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan diharapkan kepada klien dan keluarga dapat memelihara, mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan perilaku hidup sehat serta dapat mengambil langkah positif dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi sehingga masalah tersebut dapat teratasi demi menunjang peningkatan derajat kesehatan keluarga mereka.
2.            Diharapakan kepada klien untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi dan juga kepada anggota keluarganya agar dapat membantu menjaga kekebalan tubuhnya.
3.            Kepada pihak Puskesmas agar dapat melanjutkan pembinaan kesehatan keluarga dengan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tidak menular atau menular dan kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4.            Kepada bagian pendidikan untuk mencapai hasil yang optimal perlu diberikan waktu yang cukup untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga serta dalam penyusunan karya tulis.